Peace be upon you all. Today I have a slightly different 'movement' of storytelling. Come! :]
Ini adalah replika sebuah rumah Kutai yang terdapat di Kompleks Sejarah Pasir Salak, Perak...
This is the replika of a rumah Kutai (Kutai house) at the Pasir Salak Historical Complex, Perak...
Ini adalah replika sebuah lagi rumah Kutai di sana. Kedua-dua gambar di atas ini diambil daripada artikel Exploring the happenings around the 1874 Pangkor Treaty in Perak...Pasir Salak historical complex yang dibuat di blogspot BERPETUALANG KE ACEH tahun lepas. Papan-tanda di sana menyebut Rumah Kutai adalah rumah lama orang Perak. Gambar-gambar ini diambil dalam satu perjalanan menyusuri sejarah keliling Perak sambil membuat video.
This is the replika of another rumah Kutai there. Both picture were taken from the article Exploring the happenings around the 1874 Pangkor Treaty in Perak...Pasir Salak historical complex which was made in the blogspot BERPETUALANG KE ACEH last year. The information boards there says the rumai Kutai is an olden house of the Perak people. These pictures were taken in a trip around Perak to follow its history while making a video.
Pembaca boleh melihat kembali apa yang telah disusuri melalui artikel-artikel bahasa Inggeris ini.
Readers could follow back what have been followed through these English articles.
Exploring the happenings around the 1874 Pangkor Treaty in Perak...Pasir Salak historical complex
Exploring the happenings around the 1874 Pangkor Treaty in Perak...Foraying into Beruas
Exploring the happenings around the 1874 Pangkor Treaty in Perak... The fort of Ngah Ibrahim
Exploring the happenings around the 1874 Pangkor Treaty in Perak... To Kuala Kangsar and 'beyond'
Atau anda boleh mengekori cerita yang sama melalui klip-klip video bahasa Melayu yang diletakkan di dalam blogspot CATATAN SI MERAH SILU
Or you can follow the story through the Malay video clips which was featured in the blogspot
CATATAN SI MERAH SILU
Teluk Intan dan masalah video yang sudah selesai!
Sultan Abdullah I, Laksamana Tok Janggut dan Tok Putih
Keramat Kuala Bidor
Masjid lama misteri, makam Sultan Abdul Malik dan kubur Birch - Petanda bandar Melayu yang hilang
Makam Raja Ahmad... Sekali lagi sampai waktu malam!
Sultan Jaafar dan Bandar Tua
Apa ada di Pasir Salak?
Beruas dan suasana misterinya
Ke Taiping untuk mendengar cerita di Kota Ngah Ibrahim
Menutup cerita di Bukit Chandan
Ini pula adalah gambar rumah Kutai yang baru ditemui tadi di http://www.sabah.edu.my/csr07003/unit2_2.htm . Kenapa saya sibuk mahu bercerita pasal rumah Kutai hari ini? Biarlah saya bercerita...
This in turn is a picture of rumah Kutai found just now at http://www.sabah.edu.my/csr07003/unit2_2.htm. Why am I so obsessed in wanting to tell a story about the rumah Kutai today? Let me relate the story...
Semalam saya ada perjumpaan tak dirancang dengan beberapa orang. Mereka-mereka ini adalah saudara-mara yang baru saya kenali kebelakangan ini... kerana berasal dari keturunan sama yang menurut kajian saya ada menggabungkan darah kerabat diraja Aceh dengan kerabat diraja Bugis. Cuma seorang dari mereka seperti melebihkan kaitan Bugis mengatasi kesemuanya. Saya pula tetap percaya ada banyak lagi kaitan Aceh yang tersembunyi di sebalik salasilah besar yang ditunjukkannya walaupun setiap orang di dalamnya cuma memakai nama atau gelaran Bugis.
Last night I had an unscheduled and unplanned meeting with some people. These people are relatives which I came to know quite recently... because they all came from the same lineage which according to my research have combined the royal blood of Aceh to the royal blood of the Bugis people. Its just that one of them seemed to stress the Bugis connection too much that could put it out of proportion. Me on other hand still believes that there's a lot of Aceh connection behind the big chart of genealogical tree he showed although everyone inside has only Bugis names or titles.
Paling utama dalam perbincangan kami adalah identiti sebenar seorang raja besar dan pahlawan Bugis yang dikenali sebagai La Madukelleng. Identiti sebenarnya yang berkait rapat dengan seorang pahlawan Bugis abad ke 18 Masihi dipanggil Daeng Selili membuka satu kaitan dengan Perak yang cuba dirahsiakan pihak tertentu. Sebenarnya La Madukelleng dan Daeng Selili adalah orang yang sama. Melalui perbincangan itu, baru saya tahu kenapa rumah lama Perak dipanggil sebagai rumah Kutai!
The most important thing in our discussion is the real identity of a major Bugis king and warrior who is known as La Madukelleng. His real identity which is closely linked to an 18 century AD Bugis warrior called Daeng Selili opens up a link to Perak which certain quarters tried very hard to keep a secret. Actually La Madukelleng and Daeng Selili is the same person. From the discussion, then I only knew why the olden houses in Perak is called rumah Kutai!
La Madukelleng pernah meninggalkan Tanah Bugis untuk berkerajaan di Kalimantan. Baginda kemudian membuka penempatan baru di Kutai lalu menamakannya Samarinda. Cuma sejarah rasmi tidak menceritakan baginda pernah pergi ke Perak lalu menetap di sana. Sejarah sekadar menyebut tiba-tiba muncul seorang Raja Bugis dipanggil Daeng Selili. Lalu ia menyebut baginda menjadi ipar kepada sultan Perak ketika itu, Sultan Muzaffar Shah III dan turut menjadi pengawal peribadi baginda!
La Madukelleng once left the Bugis lands to start ruling in Kalimantan. His royal highness then opened up a new settlement in Kutai and named it Samarinda. Its just official history never tells the story that he have been to Perak where he stayed next. History just mentioned that suddenly one day there appeared a Bugis king called Daeng Selili. And it further mentioned he became the brother-in-law to the then sultan of Perak, Sultan Muzaffar Shah III and he also became the sultan's private bodyguard.
Sejarah Perak menyebut Daeng Selili dianugerahkan pangkat Datuk Maharajalela dan pangkat ini dipegang keturunannya turun temurun. Lebih seabad kemudian muncul Datuk Maharajalela yang sangat terkenal dalam sejarah Malaysia kerana berani melawan penjajah Inggeris lalu membunuh residen pertamanya J.W.W. Birch tahun 1875. Kisah ini berlaku di Pasir Salak dan Kompleks Bersejarah di sana didirikan untuk mengenangkan apa yang berlaku.
The history of Perak says that Daeng Selili was bestowed with the noble title of Datuk Maharajalela and the title is inherited by his descendants. More than a century later there appeared the Datuk Maharajalela who is very famous in Malaysian history for daring to fight against the English colonialists and killed their first resident J.W.W. Birch in the year 1875. This happened in Pasir Salak and the Historical Complex was erected there to commemorate what had happened.
Menurut cerita yang mengaitkan La Madukelleng dengan Daeng Selili, baginda telah membawa orang-orang dari Kutai untuk menetap di Perak. Maka berdirilah banyak rumah Kutai yang menjadi identiti unik Perak.
According to the story linking La Madukelleng and Daeng Selili, his majesty brought along the people of Kutai to settle in Perak. So that was when plenty of rumah Kutai were built to become a unique identity of Perak.
Tadi saya tergerak membuat google search menggunakan kata-kata kunci "Rumah Kutai" lalu terjumpa gambar ketiga di atas. Yang menarik, website yang mengandungi gambar itu didirikan oleh sebuah badan rasmi Sabah sedangkan saudara yang baru saya kenali semalam, yang kelihatan seperti melebihkan kaitan Bugis juga berasal dari negeri itu.
Earlier I was moved to make a google search using the keywords "Rumah Kutai" and thus found the third picture above. What is interesting, the website containing the picture was built and maintained by a formal body in Sabah while the relative I just got to know yesterday who looks like he stressed the Bugis connection too much also came from the state.
Lebih menarik lagi, di sebelah gambar itu tertera kata-kata ini: "Reka bentuk rumah Kutai di Perak sama seperti rumah di Aceh dan Makasar (yang terletak di dalam lingkungan dunia Bugis), Indonesia. Menurut sejarah, orang Bugis dan Aceh pernah menetap di Perak." Kenyataan ini seolah mahu menjawab persoalan saya mengenai kaitan Aceh dengan Bugis. Sekian... :]
What is more interesting is, besides the picture there are these words (which could be translated as): "The design and architecture of the rumah Kutai in Perak is the same as the houses in Aceh and Makasar (which is situated within the world of the Bugis), Indonesia. According to history, the Bugis people and those of Aceh have settled in Perak." It's like this statement wants to answer my queries regarding the Aceh and Bugis connection. That's all... :]